"Bismillahirrahmanirrahim"

"Bismillahirrahmanirrahim"

Tipu Daya Iblis

Kedengkian dan kemarahan iblis pasca diusir oleh Allah dari surga sangat besar terhadap Adam. Ia begitu dendam, terus berpikir bagaimana menghancurkan dan menyingkirkan Adam. Ia tetap teguh berprasangka bahwa tidak ada seorang makhluk pun yang lebih pintar darinya. Kesempatan itu pun terbuka, ketika Allah SWT melarang Adam dan istrinya untuk mendekati satu pohon tertentu, sebagaimana firmannya, “Dan janganlah kamu dekati pohon ini yang menyebabkan kamu termasuk orang-orang yang zalim.” (QS. Al-Baqarah: 35) Oleh sebab itu, ia menjadikan pohon yang dilarang untuk didekati oleh Adam itu sebagai senjata dan perangkap untuk menghinakan Adam.
Namun, apakah Allah SWT akan membiarkan Adam berhadap-hadapan dengan iblis tanpa dibekali peringatan terlebih dahulu? Tentunya tidak. Oleh karena itu, Allah SWT mengingatkan Adam. “Maka Kami berkata: ‘Hai Adam, sesungguhnya ini (iblis) adalah musuh bagimu dan bagi isterimu, maka sekali-kali janganlah sampai ia mengeluarkan kamu berdua dari surga, yang menyebabkan kamu menjadi celaka. Sesungguhnya kamu tidak akan kelaparan di dalamnya dan tidak akan telanjang, dan sesungguhnya kamu tidak akan merasa dahaga dan tidak (pula) akan ditimpa panas matahari di dalamnya.” 

Barangkali, cara yang dipergunakan oleh iblis untuk menggoda Adam adalah dengan mengajaknya terus berbicara dengan topik yang menarik dari seberang pagar surga, seperti yang diungkapkannya, “Hai Adam, maukah saya tunjukkan kepada kamu pohon khuldi dan kerajaan yang tidak akan binasa?" (QS. Thaha: 120) Ini adalah pembuka pembicaraan yang menarik untuk menjebak seseorang, sehingga ia jatuh dalam perangkap yang telah dipasang dengan rapi. Iblis sama sekali tidak menyebut tentang pohon yang dilarang untuk didekati itu. Namun, ia menggunakan cara yang berkelok-kelok, dan memulainya dengan memancing keingintahuan Adam terlebih dahulu.

Oleh karena itu, tidak aneh jika Adam amat tertarik dengan tawaran iblis itu, dan ia pun tergerak untuk menanyakan tempat pohon itu berada. Iblis pun kemudian menunjuk kepada pohon yang telah dilarang oleh Allah SWT untuk didekati oleh Adam dan istrinya itu. Mengetahui hal itu, Adam tersentak dan menatap dalam-dalam ke arah pohon itu. Selanjutnya, Adam kembali menemui iblis dan menginformasikannya bahwa pohon itu adalah pohon yang telah dilarang oleh Allah SWT untuk dimakan buahnya. Mendengar penuturan itu, iblis dengan cerdik segera memberikan jawaban yang memuaskan, “Tuhan kamu tidak melarangmu dari mendekati pohon ini, melainkan supaya kamu berdua tidak menjadi malaikat atau tidak menjadi orang-orang yang kekal (dalam surga).” (QS. Al-A’raf: 20)
Adam ingin terus beribadah kepada Allah SWT dan mengucapkan syukurnya atas segala nikmat-nikmat yang telah diberikan oleh Allah SWT kepadanya. Ia juga ingin menjadi seperti malaikat, terus hidup di surga dan tidak keluar dari surga itu. Sebab, jika ia hidup di luar surga, ia akan merasakan kepedihan, kelaparan, dan kekurangan. Oleh karena itu, ia berpikir alangkah baiknya jika ia dan istrinya memakan satu buah saja dari pohon itu, sehingga ia dapat menepis ketakutannya tadi, dan dapat mewujudkan ambisinya. Di sini tampak bahwa niat yang dipancangkan oleh Adam adalah baik. Niat baik Adam itu makin kuat, ketika iblis bersumpah atas nama Allah untuk membuktikan kebenaran ucapannya itu, “Sesungguhnya saya adalah termasuk orang yang memberi nasehat kepada kamu berdua" (QS. Al-A’raf: 21)
Dengan semua dorongan tadi, Adam dan istrinya memberanikan diri mengulurkan tangannya untuk memetik buah pohon itu, dan memakannya. Hal itu diceritakan oleh Al-Qur’an sebagai berikut, “Maka syaitan membujuk keduanya (untuk memakan buah itu) dengan tipu daya. Tatkala keduanya telah merasai buah kayu itu, nampaklah bagi keduanya aurat-auratnya, dan mulailah keduanya menutupinya dengan daun-daun surga….” (QS. Al-A’raf: 22) Sebelum peristiwa ini terjadi, keduanya berjalan disurga dengan mengenakan pakaian kesucian dan cahaya, yang dihasilkan dari ibadah mereka kepada Allah SWT. 

Sehingga, keduanya tidak dapat melihat aurat lawan jenisnya dan auratnya sendiri. Selama di dalam surga, mereka juga tidak memiliki syahwat tubuh, sehingga keduanya tidak pernah melakukan hubungan seksual. Keduanya hanya merasakan adanya kasih sayang dan kecintaan satu sama lain. Dari seluruh segi, mereka berdua hidup suci seperti malaikat yang suci. Namun, saat keduanya mencicipi satu buah dari pohon yang terlarang itu, tiba-tiba pakaian cahaya mereka lenyap tak berbekas, dan keduanya dapat melihat aurat lawan jenisnya yang merangsang.

Selanjutnya, mereka merasakan dorongan seksual terhadap lawan jenisnya dan tumbuh keinginan yang menggebu untuk bersetubuh. Mereka juga tiba-tiba merasakan keinginan untuk mengeluarkan limbah makanan dan minuman yang telah mereka konsumsi. Saat itulah, mereka segera berusaha menutupi tubuh mereka dengan dedaunan surga yang ada di sekitarnya. Dan mereka sadar telah terjerumus dalam tipu daya iblis.
Pada saat demikianlah, keduanya mendengar teguran dari Tuhan mereka, “Bukankah Aku telah melarang kamu berdua dari pohon kayu itu dan Aku katakan kepadamu: "Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagi kamu berdua?" (QS. Al-A’raf: 22) Keduanya menundukkan mukanya dalam-dalam, dengan rasa malu dan penyesalan yang mendalam atas kesalahan yang telah mereka lakukan. Penyesalan keduanya itu benar-benar tulus, sehingga Allah SWT memberikan ilham ke lidah dan hati mereka untuk berdoa dan bertaubat kepada Tuhannya.

Keduanya berkata: "Ya Tuhan kami, kami telah menganiaya diri kami sendiri, dan jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya pastilah kami termasuk orang-orang yang merugi.” Doa, dan taubat mereka yang tulus itu kemudian diterima Allah SWT sebagaimana firmannya, “Kemudian Adam menerima beberapa kalimat dari Tuhannya, maka Allah menerima taubatnya. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang.” (QS. Al-Baqarah: 37)

Namun, walaupun taubat Adam di dalam surga telah diterima dan dikabulkan, hukuman tetaplah harus diberikan kepada orang yang bersalah dan melanggar larangan Tuhan. Hukuman itu hanyalah berupa pengusiran dari surga –sebagaimana iblis yang lebih dahulu diusir dari surga- dan menempatkan keduanya di atas permukaan bumi.

Allah berfirman, "Turunlah kamu semuanya dari surga itu! Kemudian jika datang petunjuk-Ku kepadamu, maka barang siapa yang mengikuti petunjuk-Ku, niscaya tidak ada kekhawatiran atas mereka, dan tidak (pula) mereka bersedih hati.” (QS. Al-Baqarah: 35) Pengusiran dari surga itu sendiri berarti penuntasan hukuman kepada keduanya. Adam dan istrinya seakan-akan sudah membayar konsekuensi atas kesalahan yang dilakukan oleh keduanya. Dengan demikian, dosa keduanya telah dihapuskan.
Baca lebih lengkap kitab Al-Faqru wal Ghina fil Quranil Karim, karya Muhammad Bahauddin al-Qubbani.


Bagikan ke

1 Response to "Tipu Daya Iblis"

About Me

My photo
Melak, Kalimantan Timur, Indonesia
Assalamu'alaikum wr. wb. Saya berharap kehadiran blog ini dapat bermanfaat bagi kaum muslimin demi tegaknya Islam di muka bumi. Amin...

Follow Me on