"Bismillahirrahmanirrahim"

"Bismillahirrahmanirrahim"

Kedengkian Iblis

Sejak semula, iblis telah terbakar oleh kedengkiannya melihat makhluk baru lain hadir, di mana ia mengetahui rahasia-rahasia yang malaikat dan jin –termasuk dirinya- tidak mengetahuinya. Maka, ia diam dengan memendam kesal dan marah. Allah SWT pun telah memerintahkan kepada malaikat dan jin untuk bersujud kepada Adam. Lalu, ia (iblis) membangkang, tatkala yang lain sujud.
Peradilan adalah sebuah keharusan. Tindakan kriminal harus segera mendapat balasannya. Bersikap angkuh terhadap hukum yang ditetapkan Tuhan, berarti tidak rela dengan hukum itu. Berarti juga tidak mengakui kekuasaan Tuhan yang absolut. Atas pertimbangan inilah, iblis disidang di hadapan peradilan Tuhan, disaksikan Adam, malaikat, jin, dan makhluk-makhluk Tuhan lainnya.

Sebenarnya, Tuhan bisa saja menghukum iblis tanpa melalui persidangan; tanya jawab. Sebab, tidak ada seorang pun di alam ini yang berhak meminta pertanggungjawaban atas keputusan-Nya. Namun, Allah berkehendak lain, Ia bermaksud memberi pengertian kepada sekalian makhluk tentang arti sebuah keadilan absolut beserta jalan pencapaiannya. Agar semua dapat memahami bahwa Allah tidak secara semena-mena menggunakan kekuasaan absolut-Nya, melainkan bersandar pada pertimbangan-pertimbangan rasio yang benar. Sebab, dengan metode tanya jawab, apa yang menjadi niatan si tertuduh akan tersingkap; baik ataukah buruk. Seorang hakim yang adil, cukup menilainya dengan pertimbangan-pertimbangan yang bijaksana. Apalagi bila diiringi dengan pengakuan si tertuduh, itu adalah suatu bukti yang kuat.

Allah SWT berkehendak memperdengarkan pengakuan iblis kepada sekalian makhluk, apa yang membuatnya enggan bersujud di hadapan Adam. Allah SWT bertanya kepada Iblis, “Apakah yang menghalangimu untuk bersujud (kepada Adam) di waktu Aku menyuruhmu?" Dengan kecongkakan dan kesombongan, iblis menjawab, "Saya lebih baik daripadanya: Engkau ciptakan saya dari api sedang dia Engkau ciptakan dari tanah." (QS. Al-A’raf: 12) Sepertinya, nama “Adam” terasa berat diucapkan bibir iblis. Kalimat “saya lebih baik dari Adam” tidak keluar dari mulut iblis. Ia enggan sekedar menyebut nama “Adam” dalam kalimat tersebut. Baginya Adam tidak ada, maka ia cukup mengatakan “saya lebih baik darinya” dengan menggunakan kata ganti ketiga untuk Adam. Begitulah, karena iri dan dengki, iblis membandingkan unsur penciptaan antara dirinya dan Adam.
Iblis yang kotor beralasan di depan Tuhannya Yang Mahatinggi, mungkin agar ia terbebas dari dosa yang membuatnya terhina, bertanya-tanya dalam dirinya: patutkah ia bersujud kepada sesuatu yang diciptakan dari tanah? Makhluk dari debu yang dapat bertaburan bila tertiup angin. Sedangkan, ia (iblis) diciptakan dari percikap api, api yang darinya diciptakan bintang-bintang besar yang berputar di angkasa. Di antaranya adalah komet, matahari dan lainnya. Kesemuanya itu memiliki daya luluh tinggi yang dapat membakar angkasa dengan cepat, menghanguskan apa yang sempat dilaluinya atau bahkan melumatnya hingga sirna tanpa bekas. Sedangkan, Ia (iblis) dapat melebihi bintang-bintang itu, bahkan ia dapat mendekatinya sesuka hati tanpa cidera. Maka, bagaimana mungkin ia takut, bahkan harus sujud seraya mengakui kemuliaan Adam? Menghormati sesosok makhluk yang diciptakan dari tanh yang seandainya ia sentuh akan lumat terbakar lalu lenyap ditiup aingin? Lalu, siapakah yang lebih pantas mendapat penghormatan? Patutkah ia bersujud di hadapan Adam, ataukah Adam, sebagai makhluk yang baru diciptakan, yang harus bersujud kepadanya? Demikianlah pikiran kotor iblis.
Adam diciptakan Allah dari tanah -unsur yang rendah dalam pandangan iblis- namun Allah Yang Mahabijaksana, telah menciptakan tanah itu dalam kondisi yang sebaik-baiknya. Ia memberi tempat yang mulia dan mengajarkan kepadanya sebagian ilmu yang belum pernah diketahui malaikat -makhluk yang diciptakan-Nya dari cahaya itu. Ia juga membekalinya tabiat serta kecenderungan-kecenderungan yang belum pernah diberikan kepada makhluk yang lain. Sedangkan, iblis tidak tahu bahwa perintah bersujud dan memberikan penghormatan kepada Adam bukan dikarenakan Adam tersusun dari kepala, badan, dua tangan, dan dua kaki. Tetapi, karena Allah telah memberikan ilham yang suci di hati Adam dan ilmu sejati di dalam akalnya, yang dengan keduanya Adam dapat beribadah kepada Allah sepenuh hati serta mengetahui hakikat-hakikat-Nya dengan baik.
Allah pun murka, seraya berfirman, "Turunlah kamu dari surga itu; karena kamu tidak sepatutnya menyombongkan diri di dalamnya, maka keluarlah, sesungguhnya kamu termasuk orang-orang yang hina.” (QS. Al-A’raf: 13) Akan tetapi, iblis tidak surut, ia menjawab, "Terangkanlah kepadaku inikah orangnya yang Engkau muliakan atas diriku? Sesungguhnya jika Engkau memberi tangguh kepadaku sampai hari kiamat, niscaya benar-benar akan aku sesatkan keturunannya, kecuali sebahagian kecil.” (QS. Al-Isra: 62)

Dalam kalimat lain, sendainya Engkau akhirkan hukumanku, dan Engkau langgengkan hidupku sampai hari kiamat, Aku berjanji untuk menyesatkan mereka, hingga mereka tidak mampu meninggalkan kemaksiatan, bahkan menjadi kafir terhadap-Mu. Sebab, aku yakin dengan dugaanku bahwa mereka lemah, penuh dengan hawa nafsu, dan bertingkah laku buruk. Namun, di antara sekian manusia itu ada segelintir orang yang menjadi hambamu yang saleh, hanya mereka saja yang tidak dapat kugoda, karena aku tidak mampu menguasai mereka. Itu tidak lain karena mereka hidup di bawan bimbingan-Mu. Allah SWT pun mengabulkan permintaannya, "Sesungguhnya kamu termasuk mereka yang diberi tangguh." (QS. Al-A’raf: 15)
Iblis merasa dirinya memiliki kesempatan yang banyak terhitung dari umur dunia hingga akhir zaman. Dengan sangat bangga ia pun berkata, "Karena Engkau telah menghukum saya tersesat, saya benar-benar akan (menghalang-halangi) mereka dari jalan Engkau yang lurus, kemudian saya akan mendatangi mereka dari muka dan dari belakang mereka, dari kanan dan dari kiri mereka. Dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur (taat).” (QS. Al-A’raf: 16-17)

Allah SWT menjawab, "Pergilah, barangsiapa di antara mereka yang mengikuti kamu, maka sesungguhnya neraka Jahannam adalah balasanmu semua, sebagai suatu pembalasan yang cukup. Dan usunglah siapa yang kamu sanggupi di antara mereka dengan ajakanmu, dan kerahkanlah terhadap mereka pasukan berkuda dan pasukanmu yang berjalan kaki dan berserikatlah dengan mereka pada harta dan anak-anak dan beri janjilah mereka. Dan tidak ada yang dijanjikan oleh syaitan kepada mereka melainkan tipuan belaka. Sesungguhnya hamba-hamba-Ku, kamu tidak dapat berkuasa atas mereka. Dan cukuplah Tuhan-mu sebagai Penjaga." (QS. Al-Isra: 63-65)
Baca lebih lengkap kitab Al-Faqru wal Ghina fil Quranil Karim, karya Muhammad Bahauddin al-Qubbani.


Bagikan ke

0 Response to "Kedengkian Iblis"

Post a Comment

About Me

My photo
Melak, Kalimantan Timur, Indonesia
Assalamu'alaikum wr. wb. Saya berharap kehadiran blog ini dapat bermanfaat bagi kaum muslimin demi tegaknya Islam di muka bumi. Amin...

Follow Me on