"Bismillahirrahmanirrahim"

"Bismillahirrahmanirrahim"

Dialog antara Padi dan Kotoran Manusia

Pembaca yang budiman, penulis ingin berbagi cerita yang sangat menarik dan dapat menambah kesadaran keimanan seseorang bahwa Rahmat-kasih sayang Allah itu tidak terhingga luasnya. Konon, terjadi dialog antara serumpun padi dengan setumpuk kotoran manusia di tengah sawah, sebagai berikut:


Padi : Manusia adalah penipu ulung, hai Kotoran.
Kotoran : Kenapa engkau bersangka buruk demikian, hai Padi?
Padi : Ketauhilah hai Kotoran, bahwa manusia amat memerlukan kami ini. Mereka seakan-akan tidak bisa hidup tanpa kami. Mereka tanam kami beramai-ramai, dipelihara dengan penuh kehati-hatian. Bila kami tumbuh menghijau, mereka lindungi kami dari bahaya wereng dan segala gangguan. Mereka lemparkan rumput-rumputan yang ada di samping kami, agar makanan kami tidak direbut oleh rumput-rumputan itu. lebih-lebih kami tampak menguning emas, dielus-elus kami ini, disayang seribu kali sayang. Pada malam harinya mereka bermimpi indah membangun istana yang megah dengan kebun yang indah dan banyaknya mobil di garasi, hasil dari penjualan kami ke kota, selain untuk mereka makan. Bila sampai waktunya panen, kami diambil beramai-ramai, disimpan di dalam lumbung. Kami sedikit gembira, tiada lagi merasa kepanasan dan kedinginan. Namun sesudah itu apa yang terjadi, kami ditumbuk, diigesek, dimasukkan ke suatu tempat yang mereka namakan "mesin padi", kami berebutan keluar, panas, perih, sakit tidak terkira. Manusia menciumi kami sejenak, terkilas senyum bangga di wajah mereka. Kami berubah warna, rupa, mulus, sedap dipandang. Di mana-mana mereka memperebutkan kami ini. Masing-masing manusia dengan keluarganya menghidangkan kami sesuai dengan keadaan dan tempat, setelah kami dimasak. Mulai dari meja makan Presiden dan Raja-Raja, sampai kepada tikar-tikar terhampar di gubuk-gubuk kecil; mulai dari restauran berbintang sampai ke warung di pinggir jalan, kami selalu ada dan dihormati.
Kotoran : Berbahagialah engkau hai Padi. Seharusnya engkau bersyukur kepada Allah yang telah menciptakan engkau dengan Rahmat-kasih sayang-Nya. Kalau tidak karena Rahmat-kasih sayang-Nya, tidak mungkin engkau bisa mendapatkan penghormatan demikian dari manusia. Maka, tidak seharusnya engkau risau dan berburuk sangka terhadap manusia.
Padi : Aku selalu bersyukur kepada Allah dan memuji-Nya. Bukankah Allah SWT berfirman: "Ma khalaqta hadza bathila" (Tidak engkau ciptakan semua ini dengan sia-sia). Tetapi manusia tidak demikian. Setelah kami dimakannya dengan lahap, bila sampai waktunya kami keluar dari perut manusia, berubah wujud, warna dan bau seperti engkau sekarang ini wahai kotoran. Manusia pun jijik melihat kita lagi, cemberut wajahnya bila memandang kita. Jangankan memegang, melihat sejenak pun tidak sudi. Tidak seperti dulu, dielus-elus, kadang-kadang dicium mesra. Inilah yang kumaksud "bahwa manusia adalah penipu ulung".
Kotoran : Sungguh keliru engkau hai padi. Aku pun sadar sepenuhnya bahwa sebagian dari wujud diriku ini adalah engkau. Namun aku yakin bahwa "Rahmat-kasih sayang Allah selalu dapat kurasakan", meskipun bau dan wujudku demikian ini. Seharusnya engkau menyadari sepenuhnya bahwa sebelum engkau lahir ke dunia ini, engkau telah menandatangi kontrak di hadapan Allah; bersedia untuk menjalani perubahan bentuk, rupa dan keadaan, seperti keadaanku sekarang ini. Sikap dan persangkaanmu itu seakan-akan menyesali perlakuan Allah terhadap dirimu, sekaligus berarti menyesali kehadiran dirimu di muka bumi ini. Allah SWT berfirman : "Janganlah engkau berputus asa dari Rahmat-kasih sayang Allah". Aku sendiri tidak menyesali keadaanku seperti ini, hai Padi. Silakan manusia untuk melecehkan aku, karena begitulah ketentuan Allah buat mereka. Aku pun dilarang oleh Allah untuk mendekati mereka di saat mereka hendak melakukan shalat, aku taatilah ketentuan itu. Tetapi pada suatu saat aku akan dihargai manusia. Dipegangnya aku untuk pupuk tanaman. Aku menyatu dengan tumbuh-tumbuhan, aku ada pada bunga-bunga, sayur-mayur, dan buah-buahan. Ada satu hal yang mengasyikkan buatku, hai Padi. manakala aku telah menyatu dengan sekuntum bunga yang tumbuh di halaman rumah, lalu datang seorang gadis cantik di hadapanku, senyum ceria menghiasi wajahnya, lalu dibelainya aku, dipetiknya bunga itu, diciumnya aku dengan mesra -padahal aku di dalam bunga itu- lalu kemudian diletakkan aku di vas bunga yang indah di ruang tamu, sebagai penghias rumah gedung itu. Di sinilah aku dapat merasakan suatu kenyataan yang paling nyata dan yakin seyakin-yakinnya bahwa Allah Maha Rahman Rahim, penuh kasih sayang terhadap apa pun yang Ia ciptakan. Oleh sebab itu yakinilah bahwa Rahmat-kasih sayang Allah itu selalu ada. Di dalam Alquran pun tidak ada disebutkan bahwa padi sebagai penyala api neraka, lain halnya dengan manusia dan batu. Janganlah pula menyesai kehadiranmu di muka bumi ini, menyesali takdir yang Allah tentukan bagimu, relalah engkau terhadap segala perubahan yang terjadi itu.
Padi : Astaghfirullahal 'Azhim, benarlah apa yang engkau ungkapkan itu, wahai Kotoran.
Demikianlah percakapan serumpun padi dengan setumpuk kotoran manusia. Suatu percakapan yang sangat filosofis dan menggetarkan hati orang yang ditunjuki Allah. Yang perlu kita perhatikan sekarang, bagaimana diri kita ini, apakah sudah yakin dan dapat merasakan bahwa Allah Maha Pengasih dan Penyayang?
Dikutip dari buku Asmaul Husna (Sumber Ajaran Tauhid/Tasauf), karya KH. Haderanie HN, (Surabaya: PT. Bina Ilmu, 1993), halaman 27-29.


Bagikan ke

0 Response to "Dialog antara Padi dan Kotoran Manusia"

Post a Comment

About Me

My photo
Melak, Kalimantan Timur, Indonesia
Assalamu'alaikum wr. wb. Saya berharap kehadiran blog ini dapat bermanfaat bagi kaum muslimin demi tegaknya Islam di muka bumi. Amin...

Follow Me on